Aku hanya akan menjadi dewasa ketika aku bersama diriku. Memeluk kertas dan pena menjadi satu. Atau jemari yang menari menjamah keyboard suatu waktu. Dalam balutan nafsu.
Mengucur air mata dari pori-pori yang dijembatani helai rambut. Pada jari kaki bertumpu. Bertahan pada posisi yang menyakitkan itu. Saling sikut dalam remang malam tanpa rambu. Aku lupa pada cahaya lampu. Bertiup angin konstan mengirimkan bau. Bau abu.
Tertata rapi dan terorganisir. Menjadikannya mirip sipir. Menjaga setiap jengkal lingkungan orang kafir dan berfikir, “Bagaimana caranya hidup penuh dosa namun kemudian mati sebagai martir?”
Manusia munafik itu takdir. Berlagak kikir nyatanya fakir. Mengaku shafir nyatanya kerikil.
Berakhir.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dewasa itu berani....dan belajar ga jadi tolol....
ReplyDelete