7 Pemberhentian Berkelanjutan

Bersama.

Kami luluhlantakkan jalan yang sudah kami bangun. Kami hantam dengan godam keyakinan dan kepercayaan.

Hingga suatu hari penentuan.

Kendali

Mereka mengajak kami berkelahi.

Kami katakan, tak sudi saling pukul tak tahu diri karena nafsu berapi-api tak terkendali.

Mereka sebut kami banci.
Banci?!
Makhluk yang kodratnya pun diingkari?!

Kami katakan, Tuhan kami melarang kami!

Mereka ajak lagi, dan kami tolak kembali.
Mereka sebut kami banci, lagi.

Kami benci.
Mengumpat di dalam hati.
Tapi sekuat-kuat manusia adalah yang mengendalikan diri.

Renungan

Hingga pada suatu hari. Saat mata terasa panas. Suatu saat, ketika hujan tak lagi disyukuri.

Hingga pada suatu masa. Agama hanya dimiliki oleh orang-orang pemalas. Jenis manusia susah yang membuat susah. Jenis yang mendahulukan dan mencari-cari pembenaran pada bid'ah.

Kasta terendah dari semua sampah. Seburuk sejarah Sodom dan Gomorrah. Yang mereka bela, namun hakikatnya harus berkalang tanah!

Pada Jahanam yang menggeram dan meraung murka. Kita, lupakah?

Raut Sesal

Sesal itu berada di luar jangkau. Jemari tak bisa lagi menyentuh rautnya. Bukan bentuk sesal yang terlalu plural. Namun dampaknya yang kelewat brutal.

Jarak pandang redup ditelan hitam menyiratkan samar. Lalu tersadar. Gema terpantul dari dinding jurang.

Sebuah balasan bertunas senang.
Sebuah balasan yang tak kembali menyapa.
Sebuah balasan berujung tanya. Kau dimana?


Hari ini jauh dari ramah. Begitu juga hari-hari sebelumnya. Marah. Kukira itu obat yang berharga murah. Namun larutannya membutakan telaah. Malam memeluk lelah. Mencumbu tanpa jarak penuh gairah. Sampai pagi memaksa terpisah.