Sesal itu berada di luar jangkau. Jemari tak bisa lagi menyentuh rautnya. Bukan bentuk sesal yang terlalu plural. Namun dampaknya yang kelewat brutal.
Jarak pandang redup ditelan hitam menyiratkan samar. Lalu tersadar. Gema terpantul dari dinding jurang.
Sebuah balasan bertunas senang.
Sebuah balasan yang tak kembali menyapa.
Sebuah balasan berujung tanya. Kau dimana?
Hari ini jauh dari ramah. Begitu juga hari-hari sebelumnya. Marah. Kukira itu obat yang berharga murah. Namun larutannya membutakan telaah. Malam memeluk lelah. Mencumbu tanpa jarak penuh gairah. Sampai pagi memaksa terpisah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment