Tawa Menyedihkan Si Pintar Yang Bebal

Inilah waktu yang kukutuk. Ketakutan seperti di ujung tanduk. Melibas habis barisan nyali. Terhenyak ancaman diri sendiri.

Lalai di awal kesalahan fatal. Menunggu kanal menuju portal. Aku sudah kebal pada mantra tatapan menghina yang mereka rapal. Otak dan fikiran bebal yang berpengetahuan tipis namun bernafsu tebal. Dimabukkan oleh sebutan "pintar", namun ternyata kekurangan nalar.

Tinta bukan lagi acuan kebenaran. Diganti oleh angka-angka statistik yang patut dipertanyakan. Apa yang sedang kau tertawakan?

Aku?

Sungguh kawan, kau menyedihkan!

No comments:

Post a Comment