Demi telapak kaki yang beradu aspal. Demi setiap sumpah yang terlafal. Kau berlari saat hitam dan gelap tak ada beda. Malam sehitam jelaga. Pada saat hujan menggila.
Aku menyemangatimu di pojokan ruang kecil ketidakmungkinan. Ruang untuk sahabat labil yang merindukan sang pengusir bosan. Saling menyimak ditengah huru-hara kesibukan. Inilah hiruk pikuk ratapan kematian. Dari bibir rasa bosan yang kami coba siksa siang dan malam.
Berujar cerita. Dari jarak, kudengar kau tertawa. Tersungging senyum, terkadang aku terbata. Kau ukur kadar kelabilanku, kuharap kau salah. Dimanakah kesan bertahta? Kuharap itu ada.
Yang memandang dari tempat gelap. Menutup mata dari cahaya tanpa sebab.
Aku menolak terlelap!
Bangkit dan kemudian merayap. Terseok-seok menyeret hati yang digerogoti rayap. Aku mulai meratap. Maka tumbuhlah sayap. Diantara derap rasa takut bersanding harap.
Akupun terlelap..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment