Pekat rasa.
Kau tertawa, aku mengamuk tak senada. Hanya seonggok lawakan murah yang dilabeli "dusta". Tak perlu tanda terima atau ke kassa. Langsung saja isi buku tamu istimewa dari neraka.
Ya!
Aku mau kau binasa!
Aku mau itu segera terlaksana!
Kemudian sesal menyapa. Memberi warna kelabu pada gumpalan dosa.
Aku tidak gila.
Aku tidak seperti yang kau kira. Retina statistik dan cara pandang akademismu memberitahuku bahwa kau lupa. Lupa bahwa persentase kesalahan kita adalah setara. Hanya masalah waktu dan irama. Masa akan memaksamu melakukan kesalahan yang persis sama.
Dan maaf akan kehilangan aroma.
Dominasi Fitnah
Menjadi tabu memaknai diri.
Menjadi tabu mencari.
Seperti meraba jarum dalam jerami. Atau memaknai lingkar cinta palsu belas kasih di jemari. Atau memaknai hidup sebatas cinta buta insan lain.
Berada di tengah telaga dilema dan menyelami arti hidup sejak dini. Sejak dunia adalah lautan fitnah. Dan fitnah tidak menetralisir hidup. Fitnah janjikan indah dan warna cerah. Fitnah meringsek pada setiap celah.
Mendominasi diri..
Menjadi tabu mencari.
Seperti meraba jarum dalam jerami. Atau memaknai lingkar cinta palsu belas kasih di jemari. Atau memaknai hidup sebatas cinta buta insan lain.
Berada di tengah telaga dilema dan menyelami arti hidup sejak dini. Sejak dunia adalah lautan fitnah. Dan fitnah tidak menetralisir hidup. Fitnah janjikan indah dan warna cerah. Fitnah meringsek pada setiap celah.
Mendominasi diri..
Subscribe to:
Posts (Atom)